Tujuan
1. Mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipipette), serta membandingkan ketelitiannya dengan pipet gelas
2. Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat spektofotometer
II. Prinsip
1. Hukum Lambert-beer
Hukum Lambert-Beer menyatakan
bahwa besarnya serapan (A) sebanding dengan besarnya konsentrasi (C)
dari zat uji. Secara matematis Hukum Lambert-Beer dinyatakan dengan
persamaan:
A = εbc
Dimana:
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)
b = lebar celah (cm)
c = konsentrasi (M)
Absorptivitas
Molar pada persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang
menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat
tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai
Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi
olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar.
III. Teori Dasar
Pipet
digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu
wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau
penetapan kadar, biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette
fillers). Ada dua jenis pipet yang utama, yaitu pipet gelas dan pipet
piston (Cairns, 2009).
Pipet Gelas / Pipet Volume
Pipet
volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan
tingkat ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping pada
penunjuk volume dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet volume digunakan untuk memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang lain, biasanya untuk memindahkan larutan baku primer atau sample pada proses titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan secara manual dengan disedot menggunakan piller. Cara pemakaian menggunakan piller:
1. Pasangkan piller pada ujung pipet volume, keluarkan udara pada piller sampai kempes dengan menekan katup piller bagian atas
2. Masukkan
piper volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup
sedot cairan sampai melebihi batas ukur dengan menekan katup piller
bagian tengah (antara piller dan pipet)
3. Lap
bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan
yang nempel di dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan
4. Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur, dengan menekan katup piller bagian samping
5. Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekan katup samping piller dan
atur posisi pipet volume tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada
wadah, proses ini untuk mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga
masih ada cairan yang nempel pada dinding dalam pipet dan tidak ikut
keluar (Hamdani, 2013).
Pipet Piston / Mikropipet
Mikropipet
dan adalah alat untuk memindahkan cairan yg bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dlm mikropipet,
misalnya mikropipet yg dapat diatur volume pengambilannya (adjustable
volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yg tidak bisa
diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dlm penggunaannya, mikropipet memerlukan tip. Cara penggunaan pipet piston adalah sebagai berikut:
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan
Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip (Serra, 2010).
Spektrofotometer UV-Vis
Sinar
ultraviolet dan sinar tampak memberikan energy yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spectra ultraviolet dan
spectra tampak dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energy
yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state).
Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energy molekuler dari
keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energy eksitasi (Gholib, 2007).
Berikut ini adalah instrument dari spektrofotometri UV-Vis:
(Hosniah, 2010).
Standar Deviasi
Untuk mengukur risiko dari usul investasi digunakan standar deviasi, nilai bobot, dan koefisien variasi.
Semakin besar standar deviasi dibandingkan nilai bobot berarti semakin
besar risiko yang terkandung dalam usul investasi. Semakin tinggi
koefisien variasi semakin tinggi tingkat risiko investasi. Dalam memilih
investasi diambil tingkat koefisien variasi yang rendah atau tingkat
risiko investasi yang rendah walaupun metode nilai sekarang bersih
menunjukkan tingkat positif yang tinggi (Nafarin, 2007).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Kuvet
2. Labu ukur
3. Pipet gelas (volume pipette)
4. Pipet piston (Clinipette)
5. Spektrofotometer
B. Bahan
1. Aquadest
2. KMNO4
Gambar
Pipet Piston SPektrofotometer UV-VIS
Kuvet Pipet Volume
V. Prosedur
Dibuat larutan baku induk KMNO4 dengan
konsentrasi tertentu sehingga diperoleh absorbansi larutan A= 0,8 –
1,0. Kemudian dibuat berbagai pengenceran larutan KMNO4 dengan menggunakan pipet gelas dan pipet piston pada kuvet masing-masing sebanyak 10 kuvet dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50%. Pengenceran pertama dengan konsentrasi 30%, larutan baku induk KMNO4 diambil sebanyak 300 µl lalu ditambahkan aquadest hingga 1000 µl. Pengenceran kedua dengan konsentrasi 40%, larutan baku induk KMNO4 diambil sebanyak 400 µl lalu ditambahkan aquadest hingga 1000 µl. Pengenceran ketiga dengan konsentrasi 50%, larutan baku induk KMNO4 diambil
sebanyak 500 µl lalu ditambahkan aquadest hingga 1000 µl. Setelah
dilakukan pengenceran, selanjutnya diukur absorbansinya (A) untuk setiap
pengenceran pada panjang gelombang (l)=
546 nm. Kemudian pengukuran absorbansi (A) untuk setiap cara pemipetan
dibandingkan dengan melihat harga standar deviasi (SD) atau koefisien
variasinya. Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian
dengan ditentukannya batas peringatan (x + 2SD) dan batas kontrolnya (x
+ 3SD).
VI. Data Pengamatan dan Perhitungan
Data Pengamatan
Tabel 1. Absorbansi dengan sepuluh kali pengulangan pipetasi
Keterangan : G = Pipet gelas
P = Pipet piston
Tabel 2. Batas peringatan dan batas kontrol
Keterangan : BK = Batas kontrol x + 2sd
BP = Batas peringatan x+3sd
Grafik 1. Pengenceran 300 µl, pipet gelas
Grafik 2. Pengenceran 300 µl, pipet piston
Grafik 3. Pengenceran 400 µl, pipet gelas
Grafik 4. Pengenceran 400 µl , pipet piston
Grafik 5. Pengenceran 500 µl, pipet gelas
Grafik 6. Pengenceran 500 µl , pipet piston
Perhitungan
A. Rata-rata
1. Gelas (I, II, III)
= 0,508
= 0,678
= 0,861
2. Piston (I, II, III)
= 0,503
= 0,675
= 0,853
B. Standar Deviasi
Rumus
Rata-rata 2 SD
1. Gelas
G1 = 0,5385 2 10-3) = 0,5484
G2 = 0,688 2 ( 10-3) = 0,68282
G3 = 0,684 2 ) = 0,906
2. Piston
P1 = 0,561 2 ( = 0,591
P2 = 0,755 2 = 0,789
P3 = 0,854 2 = 0,876
Rata-rata 3 SD
1. Gelas
G1 = 0,5385 2 10-3) = 0,35
G2 = 0,688 2 ( 10-3) = 0,692
G3 = 0,684 2 ) = 0,917
2. Piston
G1 = 0,561 3 = 0,606
G2 = 0,755 3 = 0,5065
G3 = 0,854 3 = 0,897
VII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan
pengujian sampel dengan membandingkan ketelitian penggunaan pipet
piston dan pipet gelas serta pengukuran konsentrasi sampel dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian mana yang
lebih baik antara pipet piston dan pipet gelas, yang mana akan
berpengaruh pada pengukuran spektrofotometer konsentrasi sampel. Sampel
yang digunakan adalah KMNO4. Alasan penggunaan kalium
permanganat karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum pada
panjang gelombang 546 nm sehingga mudah dalam pengukurannya. Salah satu hal yang penting di ingat adalah untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-VIS diperlukan panjang gelombang maksimal. Alasan panjang gelombang harus maksimal, yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hokum Lambert beer akan terpenuhi.
Prinsip dari praktikum ini adalah hukum Lambert Beer,
dimana menyebutkan bahwa besarnya serapan (absorbansi) berbanding lurus
dengan konsentrasi sampel yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi
sampel yang diukur maka absorbansi yang dihasilkan akan tinggi juga.
Tahap awal dari praktikum ini adalah pembuatan larutan KMNO4 dengan
konsentrasi 50 ppm. Pembuatan larutan kalium permanganat ini dengan
cara melarutkan 0,005 gram kalium permanganat dalam 100 ml aquadest.
Selanjutnya larutan kalium permanganat tersebut diencerkan dengan
konsentrasi 300 µl, 400 µl, dan 500 µl. Proses pengenceran dimasukkan
langsung ke dalam kuvet dengan menggunakan pipet piston dan pipet gelas.
Penggunaan pipet pada tahap pengenceran ini yang akan menjadi parameter
perbandingan keteliatian kedua alat tersebut. Kuvet yang berisi hasil
pengenceran sampel (kalium permanganat) diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 546 nm. Saat pengukuran pastikan panjang
gelombangnya 546 nm, karena panjang gelombang tersebut merupakan
panjang gelombang maksimum untuk kalium permanganat.Kemudian dicatat
absorbansi yang diperoleh dan dibuat grafik konsentrasi terhadap
absorbansi serta menentukan batas kontrol dan batas toleransi.
Percobaan ini dilakukan dua kali (duplo).
Dari hasil pengujian yang di lakukan dengan menggunakan pipet gelas di dapatkan hasil absorbansi dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi 300 µl adalah 0,542 dan 0,535.Konsentrasi 400 µl adalah 0,687 dan 0,689.Konsentrasi 500 µl adalah sebesar 0,879 dan 0,849.Sedangkan larutan KMnO4 yang di ukur absorbansinya dan menggunakan pipet piston di dapatkan hasil absorbansi larutan KMnO4 dengan konsentrasi 300 µl adalah 0,550 dan 0,572. Pada konsentrasi 400 µl absorbansinya adalah 0,743 dan 0,768. Dan pada konsentrasi 500 µl didapatkan absorbansinya adalah 0,862 dan 0,849. Dari data yang di dapatkan ini kita dapat menghitung simpangan bakunya dan koefisien variasinya.
Standar deviasi dari yang menggunakan pipet gelas dengan konsentrasi 300 µl adalah 4,9 x dan
koefisien variasinya adalah sebesar 0,91, sedangkan yang menggunakan
pipet piston standar deviasinya adalah 0,015 dan koevisien variasinya
adalah 2,67. Larutan konsentrasi 400 µl dengan menggunakan pipet gelas
standar deviasinya adalah 1,41 x dan
koefisien variasinya adalah 0,205, sedangkan yang menggunakan pipet
piston besar standar deviasinya adalah 0,017 dan koefisien variasinya
2,251. Larutan konsentrasi 500 µl dengan menggunakan pipet gelas standar deviasinya
adalah 0,0212 dan koefisien variasinya adalah 2,45 sedangkan yang
menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0,011 dan
koefisien variasinya 2,18. Dengan begitu kita dapat pula mengetahui batas control (X+2SD) dan batas peringatan (X+3SD) yang akan di plot pada grafik sehingga kita dapat mengetahui hasil pengujian yang telah dilakukan. Seluruh
pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of
control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x ± 3 S. dan
juga, seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari
batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
Jika
dilihat dari hasil grafik gabungan yang dihasilkan antara pipet gelas
dan pipet piston yang terbaca dengan alat spektrofotometri uv-vis, untuk
grafik gelas 1,gelas 2,dan gelas 3 ditunjukkan bahwa jarak antara garis
merah pada sumbu x untuk masing-masing grafik diperlihatkan bahwa jarak
pada grafik gelas 3 lebih lebar ,hal ini menunjukkan bahwa
keberulangannya kurang baik,jika dibandingkan dengan grafik gelas 2
jarak garis merah tidak terlalu lebar ,maka keberulangannya dapat
dikatakan baik.
Untuk grafik piston 1, piston 2, dan
piston 3 jarak garis merah yang kurang begitu baik yaitu pada piston 1
karena jika dibandingkan dengan piston 2 dan 3 lebar garis merah tidak
terlalu melebar . Akan tetapi,jika secara teori hasil yang lebih baik
adalah dengan menggunakan pipet piston.
Dari
praktikum yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa pada
pengenceran 1 dan 2 ketelitian lebih baik pipet gelas dibandingkan
dengan pipet piston ,sementara pada pengenceran 3 ketelitian pipet
piston lebih baik. Hal ini dikarenakan pipet gelas mempunyai garis skala
volume yang tidak hanya satu tapi ada beberapa skala, volume pipet
seukuran hanya ada satu itu tingkat ketelitian pengukuran
pipet gelas lebih kecil dari tingkat ketelitian pengukuran pipet
seukuran (Maya,2010). Sedangkan tingkat ketelitian pada pipet piston
jauh lebih baik, karena volume larutan yang akan diambil dapat kita
tentukan terlebih dahulu pada alat pengatur volume yang berada didalam
pipet piston oleh sebabnya volume yang diambil akan menghasilkan hasil
volume yang lebih teliti dan benar dari hasil praktikum ini.
VIII. Kesimpulan
1. Pipet piston
dapat digunakan dengan cara menekan thumb knob sampai hambatan pertama /
first stop, lalu dimasukkan tip ke dalam cairan, ditahan pipet dalam
posisi vertical, kemudian lepaskan tekanan dari thumb knob, maka cairan
akan masuk ke tip. Setelah itu thumb knob ditekan sampai hambatan kedua
untuk mengeluarkan cairan. Tingkat ketelitian pada pipet piston jauh lebih baik dibandingkan pipet gelas,
karena volume larutan yang akan diambil dapat kita tentukan terlebih
dahulu pada alat pengatur volume yang berada didalam pipet piston oleh
sebabnya volume yang diambil akan menghasilkan hasil volume yang lebih
teliti
2. Konsentrasi pada sampel dapat diukur menggunakan spektofotometer
dengan cara mengukur ansorbansi sampel yang telah dicapmur dengan
standar, lalu dibandingkan dengan larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya
DAFTAR PUSTAKA
Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gholib, I. dan R. Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hamdani, S. 2013. Penggunaan Pipet Volume Dengan Piller. Tersedia di: http://catatankimia.com/catatan/penggunaan-pipet-volume-dengan-piller.html [diakses tgl 17 Maret 2013].
Hosniah. 2010. Spektroskopi Ultrviolet-Visibel. Tersedia di: http://hoshhosh.com/2010/02/spektroskopi-ultraviolet-visible.html [diakses pada tanggal 19 Maret 2013].
Nafarin, M. 2007. Penganggaran perusahaan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Serra. 2010. Alat-alat Laboratorium. Tersedia di: http://antiserra.wen.su/alkes.html [diakses tgl 17 Maret 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar