JUDUL : TITRASI ASAM BASA
TUJUAN : Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam.
DASAR TEORI :
Titrasi
adalah cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan
untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan
lain. Analisis yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi disebut analisis volumetric.
Dalam volumetric sering juga dipakai
istilah titer yang berarti bobot suatu zat yang ekuivalen dengan 1 ml
larutan setandar. Umpamakan 1 ml larutan zat A ekuivalen dengan 0,010
gram NaOH. Maka dikatakan bahwa titer larutan standar A terhadap NaOH
adalah 0,010 gram.
Penetapan
volumetric kadar zat B dari suatu buret dititrasi (diteteskan) larutan
standar A sampai titik ekuivalennya tercapai, yaitu sampai: banyak mol
zat A : banyak mol zat B = perbandingan koefisiennya menurut persamaan
reaksi.
Dalam
titrasi titik ekuivalen tersebut ditetapkan dengan memakai suatu
indicator yaitu suatu zat yang harus mengalami perubahan saat titik
ekuivalen tercapai. Bila dilakukan pada larutan asam kuat berbasa satu
dengan basa kuat berasam satu, atau asam kuat berbasa dua dengan basa
kuat berasam dua diterapkan rumus sebagai berikut.
V1. M1 = V1. M2
|
Referensi : Ari harnanto , kimia 2 untu sma.hal:178-179
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka
teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa titrimetri
merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya
berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisa
cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi
T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit,
biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang
diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan
titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai.
Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat
menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap
terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna
ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik
titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya
merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan
titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan
(atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu
aspek penting dari analisa titrimetri.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/titrasi
Titrasi
merupakan salah satu cara untuk mentukan konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya.
Titik
ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung
terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah
garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang
digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana
titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit
untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan
pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan
warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik
equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi.
Pada
titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air
akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion
hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau
basa yang ditambahkan. Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu
sama dengan 7.
Referensi : team teaching,praktikum kimdas 2.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Gelas kimia pipet tetes buret
Corong Gelas erlenmeyer gelas ukur
BAHAN
1. NaOH 0,05
2. HCl
3. Phenoftalein
4. Aquadest
5. Kertas saring / tissu
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa
Titrasi
|
V asam(V1)
|
V titrasi
|
V rata-rata(V2) titrasi
|
I
|
10 ml
|
9,8 ml
|
9.15 ml
|
II
|
10 ml
|
8.5 ml
|
PERHITUNGAN
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . N1 = 9,15 ml . 0,1 N
10 ml N1 = 0,915
N1
= 0,0915 M
PEMBAHASAN
Titrasi
adalah cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan
untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan
lain.
Analisis yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi disebut analisis volumetric. Dalam
percobaan titrasi asam basa yang telah di lakukan, ( Titrasi HCl dengan
zat titran NaOH ), didapatkan data sebagai berikut:
Reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Dari
reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara HCl dan
NaOH sama sehingga untuk menghitung konsentrasi dari larutan HCl yang
didasarkan atas hasil percobaan, m aka dapat digunakan persamaan berikut
ini:
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan:
M1 = Normalitas asam (HCL)
M2 = Normalitas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Keterangan:
M1 = Normalitas asam (HCL)
M2 = Normalitas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan
3 tetes penoftalin. NaOH 0,01 M 50 ml dimasukkan ke dalam buret,
kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume
titrasinya 9,8 ml. Sedangkan dalam percobaan kedua dengan cara yang
samadengan percobaan yang pertama didapatkan volume titrasinya 8,5 ml.
dan dihitung rata-ratanya dari titrasi pertama dan kedua didapat volume
rata-ratanya 9,15 ml. dengan menggunakan rumus untuk mencari normalitas
larutan asam didapat N1 = 0,0915 M.
Berdasarkan
teori, larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan
terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda
dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl) . Karena
hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya
jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi.
Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol
basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat
digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan
syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada
saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk
menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan
konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya
secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut
dengan titrasi adisi alkalimetri. Larutan yang telah diketahui
konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai
terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna
indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna
indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan
diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh
titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan
titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting
agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat
tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral). Rentang pH yang
menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval
transisi. Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara
menimbang secara akurat suatu zat yang
memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu
pelarut dalam gelas erlenmeyer. Larutan standart yang dipersiapkan
dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart primer.
I. KESIMPULAN
1. Titrasi
merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume
tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
dan mengukur volumenya secara pasti.
2. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa.
3. Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
4. Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi.
5. Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun.
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari. 2009. Kimia 2 untuk SMA. Jakarta : Erlangga.
team teaching. 2011. Modul praktikum kimia dasar II. Gorontalo : F MIPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar